Sajak Seuntai Kata, Terluka

selamat hari aksara


 Halo Sobatku semua,
Kali ini aku mau bersajak, ya cuma sajak biasa yang masih berantakan dan tak beraturan.
Dalam rangka memperingati Hari Aksara se-dunia.

Aku hanya suka, bukan pandai.

Jadi sudilah kiranya Sahabatku semua memberi kritik dan saran.

Diksi masih meraba. Ini tuh, aku 1 jam 25 menit loh, fyuhh. Betapa sulitnya seorang aku menulis yang sedikit ini.

Selamat menikmati


Padika pahang, retisalya 
(Syair tangkai bunga, luka dalam hati)
Dewi II

Aku pernah mencintaimu sesederhana rumit yang kamu sangkakan...

Aku pernah memberimu rasa, walau aku tau, kamu tak memiliki kembalian

Aku tetap ingin disana
Menunggu dan terus bercengkrama dengan rindu
 Tak peduli seberapa keras kau menolak,
Rasa, ia tetap bungkam dan tak mahu pergi


Adorasi ku tak berhitung kata,
Tak berjumlah angka
Kau, ya kau apatis sekali!

Dulu...
Kau adalah bahagiaku
Tak peduli sekeras apapun kau minta aku pergi,
Itu tak lebih keras dari pada aku ingin bertahan...

Lalu...
Bagaimana aku bisa pergi?
Sebab, rasa itu jenuh dipaksa menjauh,
Akhirnya hirap bersamaan dengan akaramu yang kian jauh.


Kini aku sedar.
 Paham betul tentang konsekwensi,
 Mencintaimu  adalah harus mendapatkan hati yang terpatah-patah,
Tercabik-cabik

 Dan akhirnya aku mengerti,
 Tak semua perasaan patut dipertahankan...
Terlalu banyak rasa yang ku hadirkan...

Saat aku berambisi...
Mengubah rasa cinta tanpa mengharap kembalian menjadi obsesi...
Memaksa perasaan agar mendapat balasan...

Kau harus membalasnya!

Lalu hati semakin terluka,
Aku jatuh,
merangkak hanya memelas padamu demi kasih.
Aku terluka, hati ku koyak
Sobekan besar menganga lebar
Ku jahit luka dengan benang basah
Berharap ianya akan pulih tanpa menyisakan perih

Kau? Lagi mengabaikan semuanya!

Hingga tanpa sadar, aku telah menyabotase kebahagiaan,
Menghancurkannya.


Aku berbalik arah, melihat cinta dengan sudut pandang berbeda
Bangkit dari keterpurukan
Mengenal rasa lain dari sisi yang berbeda
Hati, ia berhak bahagia.

Saat aku mulai menjauh,
Kau datang!
Kau goyahkan pertahananku
Kau gugah keputusan semula
Kau paksa aku untuk kembali mencintaimu.

Syahdan, kini aku masygul dalam kebimbangan.
Aku berdiri diantara dua perahu,
Mana kala salah satunya berombak, maka aku akan jatuh, lalu mati.


Aku berhak hidup
Hati, ia boleh bahagia
Luka, ia ingin kering
Sakit, ia berharap sembuh

Dan pada bait-bait senja
Ku dawaikan astu-astu asa pada payoda
Beriring berarak  membawakan padika ku dalam hembusan sarayu...
Membawakan cawan Rindu akanmu...
Ya, hanya rindu.

Kini rasa itu telah pergi, andam karam bersamaan dengan retisalya


Jadi untukmu tuan yang pernah di hati,
Ingatlah tuan, aku ingin sembuh,
Jika tetap tidak  ingin kehilangan ku,
Ingatlah satu hal lagi, aku pernah pergi meninggalkan seseorang, karena apa...

Dikamarku, Banjarmasin 10 September 2019, 03.23 WITA





Lalu di gubah menjadi 




adakalanya melepaskan adalah yang terbaik

Padika Pahang, Retisalya 
(Syair tangkai bunga, luka dalam hati)
oleh : Dewi II



Aku pernah memberimu rasa, walau tau kau tak punya kembalian.
Adorasiku tak berhitung kata,
Tak berjumlah angka dan bilangan
Kau? Ya kau apatis sekali!

Kini aku sadar, paham betul tentang konsekwensi,
Mencintaimu hanya akan mendapati nyeri di hati
Aku mengubah rasa cinta tanpa mengharap kembalian menjadi obsesi,
Memaksa perasaan agar mendapat yang sama

Kau harus membalasnya!
Lalu hati semakin terluka, 
Aku jatuh, merangkak hanya memelas padamu demi rasa

Terluka, hatiku gusar
Sobekan kecewa menganga lebar
Ku jahit luka dengan benang basah
Berharap ianya akan pulih tanpa menyisakan perih

Kau?  Lagi mengabaikan semuanya!
Aku telah menyabotase kebahagiaan hanya demi rasa,
Aku berbalik arah, melihat cinta dengan sudut pandang berbeda
Bangkit dari keterpurukan
Hati, ia berhak bahagia.

Aku mulai menjauh,
Kau datang!
Goyahkan pertahanan, gugah keputusan semula
Kamu paksa aku kembali mencintaimu,
Aku berhak bebas hidup, sudah cukup pernah terjatuh
Hati, ia boleh bahagia, cukup lelah dalam kungkungan rasamu
Luka, ia ingin kering menghapus sembilu
Sakit, ia berharap sembuh menghilangkan ngilu

Kini rasa itu telah pergi, andam karam bersamaan dengan retisalya
Jadi untukmu tuan yang pernah di hati,
Ketahuilah tuan, betapa aku ingin sembuh, 
Jika tetap tidak  ingin kehilangan ku
Ingatlah satu hal lagi, aku pernah merajut lara karena apa...

Dikamarku, Banjarmasin 10 September 2019, 03.23 WITA



Okedeh, itu dia karyaku.
Orisinil loh ya...
Kalian tau tidak? Betapa aku bangga sekali bisa ngebaca sajak milik aku sendiri. Walaupun belum bagus. Tetap saja aku bangga


Member of wmc
koranbanjar.net

Komentar

  1. Habis baca sajak ini jadi pengen ikutan bikin sajak, wkwk. bagus banget tulisannya

    BalasHapus
  2. Aku paling ga bisa nulis sajak. Tapi setelah baca ini, jadi pengen juga. Setidaknya mencoba dan belajar menulisnya dulu hehe

    BalasHapus
  3. Sudah lama nggak nulis sajak di blog hihi. Kak coba ikutan proyek antologi2 gitu biar dibukukan sajak-sajaknyaa ;)

    BalasHapus
  4. wah.. menginspirasi juga nih. jadi pengen belajar nulis sajak nih
    terimakasih

    BalasHapus
  5. Keren bgt kak . Aku suka askaranya. . Diksi katanya. .

    BalasHapus

Posting Komentar

Komentar lah selayaknya kamu ingin di komentari ya. Jngan toxic, aku baperan. Tinggalkan jejak

Postingan populer dari blog ini

Makalah Prakarya dan Kewirausahaan Tas dari Bungkus Kopi

Titip Rindu Untuk Nenek

Posisi Tidur yang Aman Untuk Masa Depanmu, Cek Yuk!