Setelah Tersapu Ombak, diterpa Badai




Halo sayang, eh salah lagi. Halo sahabat introvert.
Kali ini aku mau ngebahas sebab-musabab seseorang menjadi introvert.
Nah lo, jadi pada intinya kepribadian itu dapat di pelajari. Sebelum itu, correct me if I'm wrong. Okay?


Yuk disimak...
Orang berkepribadian sedikit individual itu bukan suatu yang mengkhawatirkan apa lagi membahayakan. No. Itu bukan penyakit ataupun kekurangan. Tidak ada masalah. Kita hanya not feeling good saat berada di hingar-bingarnya kota. Hiruk-pikuknya suasana. Melelahkan. Bukan berarti tidak bisa.


Langsung saja, sebab-musabab people be an introvert

1. Bawaan lahir
Hal ini diturunkan dari kedua orang tua atau salah satunya. Sebagaimana kita ketahui bahwa seorang anak akan mengambil bagian dari gen orang tuanya.

2. Pola asuh
Didikan orang tua tentu saja berdampak besar dalam pembentukan karakter maupun kepribadian seorang manusia. Misal, dalam keluarga ada seorang ayah yang tegas. Ada seorang ibu yang malas bicara. Ada seorang nenek yang tidak suka keributan. Ada seorang kakek yang melarang sang cucu untuk banyak omong alias bacot. Tentu saja manusia ini akan kesepian. Akhirnya dia terbiasa dengan rasa sepi itu. Sembari menelisik luka yang kian meraja. Wuahaha.

Khusus untuk kamu, jangan sedih di pembahasan ini. Aku juga tidak punya kakek lagi. Orang paling aku sayang di bumi. Kenanglah apa yang pernah mereka tinggalkan jika itu baik. Maafkan jika itu buruk. Al-fatihah untuk mereka.


3. Lingkungan internal dan external
Keadaan sekitar juga tak kalah besar dalam perannya membentuk kepribadian seseorang.
Misalnya saja, sorry, broken home, bullying, kekerasan, maupun keadaan yang memang benar benar membuatnya harus bungkam. Anak tidak di berikan hak untuk bersuara. Anak tidak di berikan hak untuk bersosial. Atau anak yang memang di besarkan dalam sebuah tempat yang jauh dari kerumunan.

Ketidak harmonisan dalam lingkungan keluarga maupun peristiwa yang mampu menyebabkan trauma, perlahan akan membuat manusia ini menutup diri dari publik. Entah dari teman tongkrongan atau lainnya. Malu akan kondisi keluarga, sehingga malas bersosialisasi. Akhirnya menjadi terbiasa.

Jika yang membaca ini adalah orang tua, mohon dengan sangat jika bertengkar apalagi banting-bantingan panci anaknya di jauhin dulu. Atau titip dulu ke panti bentar. Baru baku hantam.

4. Bully
Jika dulu kalian melihat si A amat periang kok sekarang kalem. Dulu ketawanya ngakak sekarang senyum doang.
Sangat salah jika kamu bertanya,

"Kok sekarang pendiem sih?"
"Kok lu ga bawel kaya dulu lagi?"

Kalian ga tau kan seberapa besar gejolak batin yang sedang berkecamuk?
Anggaplah dia sedang dalam kondisi memperbaiki tekanan yang luar biasa di dalam raganya. Mentalnya pecah barangkali.

Alangkah baiknya menyapa, "Wah sudah lama tidak bertemu. Sedikit sungkan untuk saling bertanya."

Yah itu contoh basa-basi yang agak sedikit basi. Yang paling penting jangan menyinggung perasaan dulu.


5. Gagal dan gagal
Seorang yang terbuka seperti 'ekstrovert' memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan 'introvert'. Tapi kompilasi yang terus-menerus berulang dihadapinya. Ini mengikis rasa percaya diri yang menimbulkan trauma baru yang sebaliknya menutup diri dari lingkungannya dan meratapi pemulihan tersebut. Disinilah tanpa disadari dia telah mengubah karakternya karena memang mengembalikan keadaan yang jadi membantah ekstrovert. Semua berlalu begitu saja. Tahu-tahu udah jadi penyuka senja aja nih. Yang dulunya suka nongkrong ngomongin kerjaan sekarang suka merenung membuat planning seorang diri.

6. Penghianatan yang terus menerus
Saat mendapatkan penghianatan yang berujung puas yang berhasil. Ini juga menjadi trauma selanjutnya yang bisa membungkam mulut seorang ektrovert yang kemudian tiba-tiba akan berubah menjadi introvert.

Sebagai contoh, kompilasi persetujuan rahasia pribadi.
Lantas orang yang dipercayai itu tidak memegang teguh kerahasiaannya dan malah membuatnya sebagai senjata untuk menjatuhkan si esktrovert. Kalian taukan ujungnya? Menjadi lebih waspada.




Dan jika itu kalian, korban bully ataupun penghianatan kalian tetap tidak boleh membalaskannya lagi. Yang terjadi akhirnya adalah mata rantai pembullyan. Tidak ada pembenaran atas apa yang kalian lakukan.

"Orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti"
Gak ada itu. Tidak ada pembenaran atas sebuah kejahatan. Sebuah kejahatan tetaplah kejahatan. Sebab satu kejahatan saja mampu menghapus 1000 kebaikan.

Jika salah akui salah. Bukan mengungkit tentang kebenarannya yang pernah dilakukan.

Tetaplah jadi orang baik meskipun seisi dunia mulai tidak baik.

Salam sayang dari aku, remahan kuaci pengamat luka terdalam. Penyimpan dendam. Pemilik suram. Berada pada tahap merelakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Prakarya dan Kewirausahaan Tas dari Bungkus Kopi

Titip Rindu Untuk Nenek

Posisi Tidur yang Aman Untuk Masa Depanmu, Cek Yuk!